Sunday, June 30, 2013

sumpah yang diangkat

Dari lembah ke lembah, dari danau ke danau, dari tasik ke tasik, dari bukit ke bukau, dari gunung ke ganang, dari jurang ke jurang telah diterokai oleh SIFAT yang ingin menyifatkan akan sesuatu kebenaran yang belum disentuh oleh manusia dari ALAM SEJAGAT yang membuktikan akan erti hati budi NURANI yang BERAHI serta BERANI mengotai akan kata hati pada sesuatu yang ingin dimiliki atas KUDRAT dan HIRADATNYA SANG PENCIPTA malah ILLAHI bagi yang berani menguasai. Maka tepatlah lembah lembaga danau berduri mahu pun onak memaku diri yang bersama bersemadi akan AKURNYA AMANAH PERJANJIAN nenek moyang sendiri yang WAJIB mewajibkan atas wadah SUMPAH WARISAN yang perlu disongsong mengadap kemuka diri. Maka ketepatan waktu serta masa merungkai atas wajibnya sumpah keramat dimeterai pada tempat yang benar. Maka berdiri dengan beraninya bagi amanah yang diwakilkan kepada WAKIL-WAKIL yang diamanahkan oleh KE-RAJA-RAJA-AN digalas serta dipikul bersama bagi menunaikan janji akan sopan kata perjuangan nenek moyang yang berani sekeras sehebat KURSANI. Nahhh... jangan kamu alpa bagi yang telah berani menjadi wakil kepada sumpah nenek moyang yang terdahulu fahami lah akan kata sopan santun yang akan dipertonton kepada ANAK BUMI BANGSA yang tercinta. Harus diperingatkan jangan SUMPAH MEMAKAN SUMPAH. Kerana sumpah itu benar. Bagi yang mengucap akan dua KALIMAH yang teracap kepada penebusan dosa-dosa nenek moyang yang terdahulu dan sebagai penebus bagi menjernihkan suasana hiruk piruk yang berlaku atas kaum banimu sendiri. Maka dari itu perkokohkan lah semangat jiwa bakti bangsa kini atas satu penyatuan menyatukan MELAYU kepada orang-orang MELAYU. Jangan lah kamu lupa serta alpa dengan niat yang awal kamu lafaskan perjanjian maut yang telah kamu ikrarkan pada diri kamu serta bangsa kamu, malah pada keturunan kamu jua. Pastinya setiap pra kata wajib sampai pada KARMANYA. Maka dari itu awas serta awasilah tentang pra kata dan diri kamu sendiri yang akan melanggar pantang yang telah kamu ikrarkan dan KARMANYA benar pada perjanjian kata menyongsong diri.





Sudah tahu, memberi tahu.
Maka yang sudah berAKAL menentukan AKAL.
Apabila penuh AKAL, dia akan mengAKAL.

Umpama bicara pantun;
BUAH CEMPEDAK DILUAR PAGAR,
AMBIL GALAH TOLONG JOLOKKAN,
SAYA BUDAK BARU BELAJAR,
KALAU SALAH BICARA TOLONG AJARKAN.

Bukannya kurang ajar, biarlah ajar kepalang ajar.
Maka berhati-hatilah dalam bicara hati.


BANGKITLAH WAHAI KAUMKU!!!
BANGKITLAH WAHAI KAUMKU!!!
BANGKITLAH WAHAI KAUMKU!!!
WAHAI KURSANI BANGSAKU,
KURSANI YANG BERANI,

YANG MENEGAKKAN ILMU YANG BENAR…..

No comments:

Post a Comment